Sabtu siang (6/9/2014) bertempat di
teras barat Wisma Imanuel berlangsung diskusi biopori yang diadakan oleh
komunitas BSMJ (Bank Sampah Mahasiswa Jogja). Kegiatan ini terselanggara akibat
kegelisahan bersama komunitas mahasiswa terhadap masalah penurunan debit air
tanah di sekitar mereka. Dampaknya mulai terasa bagi mahasiswa yang umumnya
tinggal di rumah kost, saat mandi pagi contohnya, dulu air mengalir penuh dari
kran, namun setahun belakangan hanya berupa tetesan. Ironis memang dengan
kenyataan bahwa Yogyakarta adalah kota dengan curah hujan tinggi (2500 mm/thn).
Apa penyebabnya ?
Saya tak akan banyak menguraikan
penyebabnya namun salah satu penyebab utama adalah konservasi air tanah belum
maksimal dilakukan. Kota dengan pembangunan tanpa sistem peresapan makin
diperparah oleh penutupan lahan seperti aspal maupun paving block. Hal ini
ditengarai sebagai penyabab utama kurangnya pasokan air ke dalam tanah dan
meningkatkan aliran permukaan.
Yogyakarta sebagai kota pelajar semakin
padat memicu semakin tingginya pemakaian air yang tidak diimbangi ketersediaan
air tanah yang cukup. Terlepas dari semua itu berbagai cara digalakkan dinas
terkait seperti sumur resapan dan biopori. Namun pemasangan sumur resapan dan
biopori di kota belum maksimal. Mungkin kedua nama di atas belum poupuler
dikalangan penduduk kota teruatama mahasiswa? Atau mahasiswa saat ini sibuk
dengan membuat biopori dan sumur resapan virtual ?
Oleh karena itu BSMJ berupaya mempopulerkan
upaya konservasi air tanah melalui biopori. Siang itu diskusi dipimpin oleh Stenly
Recky Bontinge, mahasiswa TL dan koordinator BSMJ, diskusi berjalan sersan
(serius tapi santai) diselingi lelucon khas mahasiswa. Diskusi ini tidak hanya
diskusi biasa namun peserta diajak berinteraksi langsung mengenal alat pembuat
biopori (bor, casing, paving block, pipa penyangga dll). Peserta terdiri dari
mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dengan latar belakang disiplin ilmu
berbeda. contohnya Once (arsitektur, UKDW), Hendri ( hukum, UJB), Edgar (Teknik
Mesin, STTA), dll. Walau berbeda disiplin ilmu namun mereka terlihat antusias
belajar, sebab mereka punya tujuan bersama yaitu menjaga kelestarian lingkungan
hidup. Mereka juga paham bahwa biopori multi guna, bukan hanya meresapkan air, biopori
juga dapat membuat pupuk kompos.
Diskusi ini dimuali pukul 10 pagi sampai
pukul 12 siang, satu jam mereka terlihat bercengkrama dalam diskusi dan satu
jam lagi mereka sudah dibagi dalam tiga kelompok pembuat LRB (lubang resapan
biopori) mereka bersemangat sehingga terciptalah 6 buah LRB di tiga lokasi
berbeda dalam lingkungan Wisma Imanuel. Turut hadir dalam acara tersebut, Pdt.
Yeanne Tadu ( Pendeta Mahasiswa Yogyakarta) dan Pak Agung utusan dari GKI
Gejayan. “ saya tertarik membuat banyak biopori dilingkungan sekitar tempat
tinggal maupun digereja, sebab selain mengurangi genangan air, LRB juga dapat
membuat pupuk dan menampung air cadangan air tanah, alangkah indah jika banyak
mahasiswa melakukan hal positif seperti ini” komentar Pak Agung.
Siang itu terasa bermanfaat bagi peserta,
mereka bangga bisa menghabiskan waktu secara produktif. Mereka berjanji akan
menindaklanjuti pembuatan LRB di lingkungan masing-masing. Acara itu ditutup
dengan makan siang bersama. Satu nilai yang mereka dapat bahwa perbuatan
sederhana saat ini akan menetukan dampak besar dikemudian hari. Berkaryalah
terus BSMJ. BJS/SRB